Jumat, 29 Oktober 2010

Sejarah Sumpah Pemuda

"Soempah Pemoeda" atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.
Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat Kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Rapat Ketiga, Gedung Indonesisch Huis Kramat
Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :
PERTAMA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH INDONESIA.
KEDOEA
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA.
KETIGA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA

Sumber : MusiumSumpahPemuda.com

Sering Jargon Berbahasa Inggris, Ahli Bahasa Tegur SBY

klik untuk melihat foto

Bahasa Indonesia yang penggunaannya hampir tergusur dengan bahasa asing, terutama bahasa inggris, membuat gerah para ahli bahasa Indonesia, khususnya di Pusat Bahasa Kementerian Pendiidkan Nasional (Kemdiknas).

Koordinator Intern Pusat Bahasa Yeyen Maryani merasa gerah atas fenomena seringnya pejabat negara menggunakan bahasa Inggris ataupun istilah asing di forum resmi, baik nasional dan internasional.

Yeyen mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang sudah memberikan contoh kepada seluruh masyarakat Indonesia, yakni dengan menggunakan bahasa indonesia di dalam pidatonya di Australia beberapa waktu lalu. Namun, sayangnya SBY hingga saat ini beberapa kali masih menngungkapkan istilah ataupun jargon dalam bahasa inggris.

“Mungkin beliau lupa karena sudah terbiasa. Namun, kebiasaan itu harus dihilangkan. Pasalnya, penggunaan bahasa Indonesia di dalam kehidupan sehari-hari harus dimulai dari atas (pimpinan negara) yang nantinya secara tidak langsung akan diikuti oleh rakyatnya,” ungkap Yeyen ketika ditemui di kantor Pusat Bahasa Kemdiknas, Rawamangun, Jakarta, Rabu (20/10/2010).

Menurutnya, istilah ataupun jargon-jargon yang diungkapkan oleh SBY masih bisa diartikan dan diungkapkan dengan bahasa Indonesia. “Imbauan ini tentunya bukan hanya untuk SBY, tetapi juga untuk para pejabat pemerintahan seluruhnya yang sering menyelipkan bahasa asing di dalam forum resmi. Janganlah menggunakan bahasa asing di dalam negeri,” tukasnya.

Dijelaskan, penggunaan bahasa Indonesia di dalam pidato Presiden ini sebenarnya sudah diatur di dalam Perpres 16 Tahun 2010 tentang penggunaan bahasa Indonesia dalam pidato resmi presiden dan /atau wakil presiden serta pejabat negara lainnya.

Dengan adanya aturan tersebut, Kepala Pembinaan Bahasa dan Sastra Pusat Bahasa, Mustakim juga menjanjikan Pusat Bahasa dalam waktu dekat siap untuk mengirimkan teguran tertulis kepada Presiden terkait hal tersebut.

“Sanksi yang ada di dalam aturan tersebut memang hanya berupa sanksi. Tetapi dengan begitu, semua masyarakat juga bisa memantau kepala negaranya dan pejabat negara lainnya yang masih menggunakan istilah atau bahasa asing di dalam forum resmi. Semua itu bisa dilaporkan kapad Pusat Bahasa,” imbuhnya. (cha/jpnn)

Sumber : Padang Post, Rabu 20/10/2010

Senin, 25 Oktober 2010

GEMAR MEMBACA SEJAK DINI

Banyak cara untuk membuat anak gemar membaca.
Pertama, biasakan orang tua membaca buku untuk anak sejak dini. Minimal sejak usia tiga tahun. Idealnya sejak usia 1 tahun, orang tua sudah rajin membacakan buku cerita untuk anak.  Jadwalkan waktunya. Umpamanya sekali atau dua kali dalam sehari harus ada waktu khusus membaca selama sekian menit atau jam.
Kalau anak sudah mulai bisa membaca sendiri,  adakan waktu membaca bersama di mana seluruh aktivitas lain, seperti nonton tivi dan main games, harus dihentikan.
Kedua, dari penghasilan perbulan, sediakan dana khusus untuk beli buku. Idealnya bukan saja untuk anak, tapi juga buat orang tua. Kalau tidak memungkinkan, cukup untuk si kecil saja. Dengan dana khusus ini, ajak si kecil ke toko buku. Membiasakan anak mengunjungi toko buku, bukan toko yang lain, merupakan proses awal pembelajaran anak untuk mencintai buku.
Ketiga, kalau penghasilan perbulan pas-pasan sekali dan hanya cukup untuk kebutuhan pokok saja, maka ada beberapa cara untuk mendapatkan bacaan. Seperti, (a) meminjam buku dari perpustakaan terdekat, (b) meminjam dari teman (jangan lupa dikembalikan kalau selesai), (c)  tukar menukar buku dengan siapa saja yang kita kenal.
Keempat, biasakan membawa buku setiap bepergian ke manapun. Dan bacalah buku itu di perjalanan saat ada waktu luang seperti sedang antri, menunggu kereta api atau bus tiba, dan selama di dalam perjalanan. Adalah lebih baik membawa buku setiap dalam perjalanan, walaupun tidak dibaca dari pada tidak membabawa buku sama sekali. Kebiasaan ini umum dilakukan orang-orang dari Eropa atau Amerika, tapi jarang dijumpai dilakukan oleh orang Indonesia atau siapapun yang berasal dari dunia ketiga. Kebiasaan yang positif dari manapun datangnya harus ditiru. Begitu juga, kebiasaan negatif dari manapun datangnya harus dibuang.

Source : fatihsyuhud.com

Minggu, 24 Oktober 2010

PROGRAM "GURU INDUKSI" BAGI GURU PEMULA

Peran guru sangat strategis dalam pembangunan pendidikan, oleh karenanya seorang guru harus dipersiapkan dengan matang dan berkesinambungan mulai dari pre-service dan pendidikan profesi guru di LPTK sampai menjadi guru pemula di satuan pendidikan.
Sebagai seorang guru pemula mulai mengajar dan mengenal lingkungan sekolah mereka menghadapi beberapa hambatan antara lain: pengenalan karakteristik peserta didik, budaya sekolah, beradaptasi dan berkomunikasi dengan warga sekolah. 
Salah satu program yang dapat membekali guru pemula dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi guru pada awal mereka bertugas adalah program induksi.
Program Induksi adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat kerja, pengembangan, dan praktik pemecahan  berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran bagi guru pemula pada  satuan pendidikan di tempat tugasnya. Induksi guru pemula merupakan proses orientasi kegiatan mengajar dalam konteks satuan pendidikan tertentu, dan menjadi pembelajaran profesional di tempat kerja selama tahun pertama mengajar dan merupakan tahap awal dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) seorang guru.
Program Induksi dirancang secara sistematis dan terencana berdasarkan konsep kerjasama dan kesejawatan antara guru pemula, guru pembimbing, guru sejawat, kepala sekolah, dan pengawas dengan pendekatan pembelajaran profesional.
Program Induksi bagi guru pemula didasarkan pada pemahaman bahwa:
  1. Pembelajaran di tempat kerja merupakan unsur utama bagi perkembangan dan pembelajaran professional guru pemula, Tahap ini juga berperan penting dalam  Pengembangan Profesi Berkelanjutan (PPB).
  2. Pembelajaran professional melibatkan  guru dan kelompok guru yang mengembangkan praktek dan pemahaman baru tentang pekerjaan mereka.
  3. Kerjasama dan dialog professional di sekolah dapat mendukung pembelajaran professional, mengembangkan  praktik  reflektif dan memperkuat pendekatan kolegalitas untuk  perkembangan sekolah.
  4. Pembelajaran professional guru merupakan landasan  bagi perkembangan sekolah dan peningkatan hasil belajar peserta didik serta peningkatan status  profesi.
Penyelenggaraan program induksi bagi guru pemula didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
  1. Profesional; penyelenggaraan program yang didasarkan pada kode etik profesi,  sesuai bidang tugas;
  2. Kemitraan; menempatkan guru pemula dan pembimbing sebagai mitra sejajar;
  3. Kesejawatan; penyelenggaraan atas dasar hubungan kerja dalam tim;
  4. Mandiri; bekerja tanpa bergantung pada pihak lain;
  5. Demokratis; menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan kelompok;
  6. Terbuka; proses dan hasil kerja diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan;
  7. Fleksibel; menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan yang ada;
  8. Partisipasif; melibatkan banyak pihak dalam pengambilan keputusan;
  9. Akuntabel; penyelenggaraan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik;
  10. Responsibel; penyelenggaraan bekerja sesuai dengan tupoksinya;
  11. Sistemik, dilaksanakan secara teratur dan runut;
  12. Berkelanjutan, dilakukan secara terus menerus dengan selalu mengadakan perbaikan atas hasil sebelumnya;
Program induksi dilaksanakan  dalam rangka menyiapkan guru pemula agar menjadi guru profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran. Melalui program induksi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, kondisi sekolah, dan lingkungannya.

Sumber :
Disarikan dari : Direktorat Tenaga Kependidikan  Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2009.  Draft Petunjuk Teknis  Program Induksi Guru Pemula. Jakarta.